MINGGU, 24 JUNI 2012
bangsa peri dan bangsa elf part 1
Peri
Peri adalah istilah yang sering digunakan pada cerita rakyat, dongeng, fiksi untuk menggambarkan mahluk yang memiliki kekuatan gaib yang kadang kala turut campur dalam urusan-urusan manusia. Di Indonesia istilah peri sering digunakan dalam penerjemahan tokoh yang menggambarkan elf atau fairy (istilah dalam bahasa Inggris) dalam cerita fiksi maupun dongeng-dongeng dari Eropa. Pada kisah fiksi modern karakter Peri sering dipinjam dari versi aslinya dan digunakan dalam kisah fiksi fantasi masa kini dengan berbagai variasi penggambaran tergantung oleh penulis atau penciptanya.
Asal usul nama peri
Kata peri berasal dari bahasa Persia: پری Pari, yaitu malaikat yang jatuh.
Dalam bahasa Inggris awalnya nama fairy berasal dari kata elvish sejak sebelum tahun 1000 M yang berarti bangsa peri. Dalam cerita-cerita rakyat mahluk gaib ini adalah ras yang sakti. Menurut akar kata Indo-Eropa kemungkinan namanya berasal dari albiz yang walaupun asal-usulnya tidak diketahui, merupakan kata turunan dari albho yang berarti "putih". Kata-kata inipun menjadi populer di antara orang kulit putih sehingga kini, di zaman modern, masih bisa ditemui keberadaannya sebagai nama panggilan dan nama keluarga seperti Ælfræd "Penasehat-peri" (Alfred), Ælfwine "Teman-peri" (Alvin), Ælfric "Pemerintah peri" (Eldridge), dan juga nama-nama wanita seperti Ælfflæd "kecantikan-peri" . Nama peri juga dikaitkan dengan rambut yang saling terkait yang dipercaya membawa ketidak-beruntungan apabila kaitan tersebut dilepaskan.
Wujud dan penampakan
Peri sering diceritakan memiliki bentuk mirip dengan manusia, seringkali juga dipercaya merupakan perupaan roh atau jin yang menjelma sebagai perempuan cantik yang senang mengganggu. Di Eropa (Inggris) sekitar tahun 1592 oleh Shakespeare peri digambarkan sebagai siluman (sprite) atau menjelma sebagai wanita cantik bersayap (fairy), di negara-negara Skandinavia dan menurut cerita-cerita kuno dari Eropa Utara penamaan peri juga diberikan pada mahluk-mahluk halus yang digambarkan sebagai mahluk metafisik, gaib atau jelmaan dari alam.
Peri juga sering diidentifikasikan sebagai mahluk-mahluk mitologis. Dalam penggambarannya cerita-cerita rakyat yang menggunakan istilah "peri" seringkali berbeda definisi tentang apa itu peri, di satu pihak nama ini seringkali dihubungkan dengan mahluk gaib seperti siluman namun pada kali lain peri digambarkan sebagai mahluk yang lebih nyata.
Wujud dan penampakan peri ini bermacam-macam, kali waktu digambarkan bahwa mereka memiliki tinggi seperti rata-rata manusia biasa dan kali lain digambarkan bahwa mereka ini berupa mahluk-mahluk kecil. Di Eropa peri dalam wujud "besar" dipercaya telah "dibicarakan" sejak sebelum tahun 1000 M, sedangkan wujud "kecil"nya mengikuti kemudian dengan membentuk rupanya sendiri berupa mahluk kecil baik yang bersayap maupun tidak, dan dipercaya muncul pada sekitar tahun 1250 - 1300M sebagai istilah turunan (dari bahasa Swedia alf, elfva) yang kemudian diterjemahkan sebagai fairy (Inggris) yang berarti mahluk yang menyerupai manusia kecil. Kadang peri digambarkan memiliki telinga panjang dan lancip, dan memiliki rambut yang panjang. Peri juga seringkali digambarkan dapat berubah wujud, atau mengambil wujud wanita cantik yang tiba-tiba bisa menghilang.
Peri baik dan peri jahat
Peri dapat digambarkan sebagai baik (membantu manusia) atau jahat. Dalam kisah dongeng dan cerita cinta peri digambarkan sering muncul sebagai mahluk penolong, mungkin cerita yang paling terkenal dalam penggambaran peri adalah cerita Cinderella yang pada saat kesulitan dibantu oleh ibu peri, ada juga cerita ikan mas dari Jawa Barat yang tengah membantu anak baik hati yang sedang kesulitan, peri dapat mengambil perwujudan binatang seperti lutung saat menampakan diri pada Putri Purbasari. Peri lain yang digambarkan baik hati adalah peri rumah yang tinggal bersama manusia. Dalam kisah "Tukang Sepatu dan Peri-Peri Kecil", kehidupan keluarga tukang sepatu terangkat karena dibantu pengerjaan sepatunya oleh peri-peri kecil yang keluar pada malam hari dan membuat sepatu. Pada kisah lain di Devon, seluruh desa dapat bermalas-malasan karena pekerjaan penjahit, tukang roti, hingga pembuat anggur dikerjakan oleh peri-peri kecil ini. Namun tidak semua peri rumah digambarkan keluar pada malam hari, ada juga peri rumah yang keluar pada siang hari. Dalam salah satu kisah anak-anak dunia Childcraft, penulis Swedia menggambarkan peri rumah kecil yang keluar dari pintu kecilnya dan dengan kekuatan gaibnya mengecilkan tubuh anak penghuni rumah, yang kesepian karena ditinggal orang tuanya bekerja, untuk ikut bermain bersamanya.
Sementara peri jahat digambarkan sebagai penyebab tersesatnya seseorang dalam perjalanannya. Peri juga seringkali digambarkan sebagai nakal (jahil dan iseng), entah kenakalan yang membawa kebaikan ataupun keburukan. Di Eropa anak kecil yang nakal dan sulit dikendalikan seringkali digambarkan sebagai "persis seperti peri kecil". Pada cerita dongeng Peter Pan peri kecilnya Tinkerbell di gambarkan sebagai tokoh yang baik kepada Peter Pan dan jahat kepada Wendy karena cemburu.
Tempat tinggal
Penggambaran asal-usul peri seringkali dihubungkan dengan sejenis/ kelas mahluk gaib seperti siluman, yang seringkali berasal dari daerah-daerah pegunungan]. Namun dalam perkembangannya peri digambarkan sebagai mahluk kecil yang dapat tidur diatas bunga, tinggal di hutan dan menjaga pohon-pohon sehingga disebut peri hutan, ataupun tinggal di dalam rumah bersama dengan manusia seperti tokoh peri rumah yang digambarkan dalam kisah Harry Potter.
Dalam legenda
Ciri umum dari peri adalah kemampuannya dalam menggunakan sihir untuk mengubah wujud. Emas peri sangat tidak bisa diandalkan, karena dia berwujud emas ketika digunakan sebagai pembayaran namun kemudian berubah menjadi daun, semak, kue, dan berbagai benda tak berguna lainnya.[12]
Ada juga legenda mengenai pemakaman peri. William Blake mengklaim pernah menyaksikannya. Allan Cunningham dalam bukunya,Lives of Eminent British Painters, mencatat klaim William Blake tersebut. Diceritakan bahwa Blake suatu malam di kebunnya melihat makhluk-makhluk seukuran belalang dengan warna hijau dan abu-abu, meletakkan sesosok tubuh di sebuah daun mawar dan menguburnya dengan nyanyian.
Peri kadang-kadang dipercaya sebagai makhluk yang usil pada manusia. Mereka membuat kusut rambut orang yang sedang tidur, mencuri benda-benda kecil, dan menyesatkan peneglana. Tuberkulosis juga kadang-kadang disebut disebabkan oleh peri, yang memaksa pria dan wanita muda untuk menari setiap malam. Hewan (sapi, babi, bebek, dll) yang ditunggangi oleh peri bisa mengalami kelumpuhan atau menderita penyakit misterius.
Penculikan
Dalam banyak legenda, peri diceritakan sering menculik bayi (dan meletakkan changeling sebagai gantinya), pria muda dan wanita muda. Penculikan ini bisa terjadi sementara waktu atau bisa juga selamanya. Dalam Balada dari abad ke-19, "Lady Isabel and the Elf-Knight", diceritakan bahwa Isabel dibawa pergi oleh ksatria peri. Untuk menyelamatkan dirinya, Isabel membunuh sang ksatria peri. Sementara balada "Tam Lin" menceritakan tentang Tam Lin yang hidup di antara para peri padahal dia adalah seorang "ksatria bumi".[14] Dalam puisi Sir Orfeo, diceritakan bahwa istri Sir Orfeo diculik oleh raja peri. Sementara puisi Thomas the Rhymer bercerita tentang Thomas yang harus menghabiskan tujuh tahun di dunia peri sebelum berhasil kembali ke dunia manusia. Sedangkan dalam cerita Oisín, tokoh utamanya diculik dan berada di dunia peri, ketika dia berniat kembali, ternyata di dunia manusia waktu telah berjalan selama tiga abad.
Cukup banyak kisah mengenai peri dan changeling, yaitu sesosok makhluk yang dtinggalkan oleh peri sebagai pengganti atas anak manusia yang merek culik. Orang dewasa juga bisa diculik oleh peri; seorang perempuan yang baru saja melahirkan biasanya rawan diculik peri.[18] Dalam beberapa cerita, seseorang bisa diculik peri jika memakan makanan peri, seperti Persefone dan Hades. Sementara keadaan orang diculik peri berbeda-beda menurut beberapa kisah, beberapa menceritakan bahwa tawanan peri hidup bahagia sementara beberapa yang lainnya selalu merindukan kerabat lama mereka.
Klasifikasi
Dalam cerita rakyat Skotlandia, peri dibagi menjadi Seelie Court, yaitu peri yang menguntungkan namun bisa berbahaya, dan Unseelie Court, peri yang jahat. Peri dari golongan Unseelie court sering mencari hiburan dengan cara melakukan sesuatu yang membahayakan bagi manusia.
Pasukan peri merujuk pada para peri yang muncul dalam kelompok dan mungkin mendirikan pemukiman. Dengan definisi ini, peribiasanya dipahami dengan makna yang lebih luas, karena istilah ini juga bisa meliputi berbagai makhluk mistis yang terutama berasal dari Keltik; namun istilah ini bisa juga digunakan untuk menyebut makhluk yang serupa, msialnya Kurcaci atau Elf dari cerita rakyat Jerman. Lawannya adalah peri soliter, yakni peri tidak berhubungan dengan peri lainnya.
Perlindungan
Ada beberapa benda yang dipercaya dapat menghindarkan dari gangguan peri. Yang paling terkenal adalah besi dingin sementara cara yang lainnya dianggap mengganggu bagi peri: memakai pakaian terbalik, mengalirkan air, bel (terutama bel gereja), tanaman St. John's wort, dan semanggi berdaun empat. Ada juga cerita yang saling bertentangan, seperti msialnya pohon Rowan yang dalam beberapa cerita adalah sakral untuk peri sementara dalam cerita lainnya merupakan benda perlindungan melawan peri. Dalam cerita rakyatNewfoundland, benda pelindung yang paling populer adalah roti. Roti diasosiasikan dengan rumah dan perapian, juga dengan industri dan pengendalian alam, sehingga kemudian dipercaya bahwa roti tidak disukai oleh peri.
“
....dan oleh karena itu merupakan sebuah simbol kehidupan, roti adalah salah satu pelindung paling umum dalam menghadapi peri. Sebelum pergi menuju tempat yang dihuni peri, adalah biasa untuk menyiapkan roti kering dalam kantung.
”
Dalam sastra
"Prince Arthur and the Fairy Queen" olehJohann Heinrich Füssli; adegan dari The Faerie Queene
Peri muncul dalam Roman abad pertengahan sebagai makhluk yang mungkin ditemui olehksatria pengelana. Peri wanita muncul di hadapan Sir Launfal dan meminta cintanya. Istri Sir Orfeo dibawa oleh Raja peri. Huon dari Bordeaux ditolong oleh Oberon raja peri. Seiring berjalannya abad pertengahan, tokoh-tokoh peri ini berubah menjadi penyihir dan dukun. Morgan le Fay, yang dari namanya memiliki kaitan dengan dunia peri, dalam Le Morte d'Arthur adalah seorang wanita yang memiliki kekuatan gaib. Meskipun perannya menurun, tokoh peri tidak pernah hilang, di antaranya ada cerita peri Sir Gawain and the Green Knight. Edmund Spenser menampilkan peri dalam The Faerie Queene. Dalam banyak cerita fiksi, peri sering dicampuradukkan dengan nimfa;[28] Sementara dalam karya lainnya, (contohnya Lamia), peri dianggap menggantikan peran makhluk dari masa klasik. Penyair dan biarawan abad ke-15 John Lydgate menulis bahwa Raja Arthur dimahkotai di "tanah peri", dan mayatnya diambil oleh empat ratu peri ke Avalon, tempat mayatnya berbaring d bawah "bukit peri", sampai dia dibutuhkan lagi.[29]
Study for The Quarrel of Oberon and Titaniaoleh Noel Paton: fairies in Shakespeare
Peri tampil sebagai tokoh penting dalam A Midsummer's Night Dream karya William Shakespeare, yang berlatar di daerah berhutan dan Fairyland, di bawah cahaya bulan,[30] dan gangguan alam yang disebabkan oleh perselisihan para peri menciptakan ketegangan yang mendasari plot dan menunjukkan tindakan karakter.
Sastrawan yang sezaman dengan Shakespeare, Michael Drayton, menampilkan peri dalam ceritanya, Nimphidia. Peri juga muncul dalam The Rape of the Lock karanganAlexander Pope. Madame d'Aulnoy menciptakan istilah contes de fée ("kisah peri", diIndonesia dikenal sebagai dongeng).[31] Pada pertengahan 1600-an, muncul gaya sastra yang disebut précieuses, sementara kisah-kisah yang diceritakan denganprécieuses meliputi banyak peri, peri kurang umum di negara lain; Grimm bersaudaramemasukkan peri dalam edisi pertama cerita mereka, namun mereka berpendapat bahwa peri bukan asli dari Jerman sehingga mereka mengubahnya pada edisi kedua dengan mengganti tiap kata "Fee" (peri) dengan ahli sihir atau wanita bijak.[32] J. R. R. Tolkien menjelaskan bahwa kisah-kisah ini seperti ini berlatar di negeri peri.[33]
Peri dalam sastra memperoleh nyawa baru dengan munculnya Romantisisme. Penulis seperti Sir Walter Scott dan James Hoggterinspirasi oleh cerita rakyat yang menampilkan peri, misalnya Balada Border. Pada masa ini, cerita peri mengalami peningkatan.[34]Periode ini juga ditandai dengan bangkitnya kembali tema-tema fantasi lama, seperti buku-buku Narnia karangan C.S. Lewis, yang menampilkan berbagai makhluk kuno seperti faun dan driad, dan mencampurkan mereka dengan wanita tua, raksasa, dan berbagai makhluk dari cerita rakyat.[35] Peri bunga dari masa Victoria dipopulerkan sebagian oleh Queen Mary, serta oleh penyair dan ilustrator Britania Cicely Mary Barker yang menulis delapan buku yang diterbitkan pada 1923 sampai 1948. Semakin lama, peri digambarkan semakin cantik dan ukurannya semakin kecil.[36] Andrew Lang, mengeluhkan tentang "para peri kebun dan bunga apel" dalam kata pengantar The Lilac Fairy Book, dia berpendapat bahwa "Peri-peri ini mencoba melucu dan gagal, atau mereka mencoba menggurui dan berhasil."[37]
Peri muncul dalam cerita Peter and Wendy karangan J. M. Barrie yang diterbitkan pada 1911. Dalam novel tersebut, tokoh peri yang bernama Tinker Bell cukup populer dan menjadi ikon bahkan sampai sekarang.[38]
Dalam seni
Penggambaran peri banyak muncul sebagai ilustrasi, misalnya dalam buku dongeneg dan seni patung. Beberapa seniman terkenal akan penggambqran mereka tentang peri, termasuk di antaranya adalah Cicely Mary Barker, Arthur Rackham, Brian Froud, Alan Lee,Amy Brown, David Delamare, Meredith Dillman, Jasmine Becket-Griffith, Warwick Goble, Kylie InGold, Ida Rentoul Outhwaite, Myrea Pettit, Florence Harrison, Suza Scalora,[39] Nene Thomas, Gustave Doré, Rebecca Guay dan Greta James.
Era Victoria khususnya memiliki kekhasan dalam lukisan perinya. Pelukis Richard Dadd dari masa Victoria membuat lukisan peri dengan kesan sinis. Seniman lainnya yang menggambarkan peri adalah John Atkinson Grimshaw, Joseph Noel Paton, John Anster Fitzgerald dan Daniel Maclise.[40] Sedangkan pada masa Renaisans, daya tarik pada peri terutama dipicu oleh penerbitan foto-foto Peri Cottingley pada tahun 1917 dan sejumlah seniman juga melukis peri.
Peri mitologi jerman
Dalam mitologi Jerman, Peri atau Elf merupakan ras Dewa kesuburan, tinggal di tempat-tempat yang alami dan asri seperti: gunung, hutan, telaga, mata air, dan air terjun. Mereka dilukiskan sebagai manusia yang selalu tampak muda dan cerah.
Penamaan peri di eropa
Peri termasuk salah satu makhluk legendaris yang sering muncul dalam cerita rakyat dari berbagai negara Eropa. Mereka memiliki sebutan khusus sesuai dengan negaranya, yakni:
§ Jerman: Elfen, Elben, Alben (yang terakhir - Alben - dipakai oleh Richard Wagner)
§ Inggris: addler (istilah kuno)
§ Belanda: elfen, elven, alven
§ Denmark: alfer, elvere, elverfolk, ellefolk atau huldrer.
§ Islandia: álfar, álfafólk dan huldufólk (makhluk tersembunyi)
§ Norwegia: alver, alfer atau elvefolk
§ Swedia: alfer, alver atau älvor (Älvor diterjemahkan sebagai fairy (Inggris) atau peri (Indonesia)
Pandangan mengenai Peri pertama kali muncul dalam mitologi Nordik. Dalam bahasa Norwegia kuno, mereka disebut “álfar”. Karakter Peri dalam negara-negara Skandinavia sudah biasa muncul dalam dongeng-dongeng dan cerita rakyat Eropa lainnya. Peri dalam negara-negara rumpun Jerman disamakan dengan Nymph dalam mitologi Yunani dan Rusalki dalam mitologi negara rumpun Slavia.
Peri dalam cerita fiksi modern
Kisah fantasi modern meminjam karakter Peri sebagai makhluk setengah Dewa dan lebih hebat daripada manusia. Penggambaran peri dalam Novel The Broken Sword yang terbit tahun 1954 merupakan novel pelopor yang menggambarkan tentang bangsa peri dalam cerita fiksi modern, walaupun penulis J.R.R. Tolkien dalam kisah fiksi fantasinya The Lord of The Rings lebih dahulu menggambarkan bangsa elf.
ELF
(DUNIA TENGAH)
Pada legendarium J. R. R. Tolkien,
Elf diceritakan sebagai ras yang lebih dahulu ada daripada manusia dan lebih unggul dibanding dengan manusia. Elf, bersama-sama dengan manusia dan Dwarf, merupakan penghuni dunia fiksi Dunia Tengah yang baik; selain ketiga ras utama tersebut, banyak pula ras-ras "jatuh" yang merupakan pengkorupsian dari ketiga ras ini. Proses kejadian para Elf diceritakan pada bukuSilmarillion (yang disunting dan diterbitkan pasca kematian Tolkien) yang merupakanprekuel dari seri The Lord of the Rings, namun mereka tampil pula dan memiliki peranan penting dalam trilogi LOTR dan hanya memiliki peran kecil dalam The Hobbit. Detil lebih jauh mengenai mereka diberikan dalam tulisan-tulisan Tolkien lainnya yang dikumpulkan menjadi Unfinished Tales (Kisah yang Belum Selesai) dan The Histroy of Middle-earth (Sejarah Dunia Tengah). Buku-buku ini merupakan karya utama Tolkien yang ia kerjakan hingga akhir hayatnya.
Dari legendarium Tolkien mengenai ras Elf yang sangat detail inilah saat ini banyak bermunculan sub-ras dan kisah-kisah yang dipopulerkan melalui buku-buku serta media-media lainnya, contohnya adalah buku dan permainan papan serta permainan video Dungeons & Dragons, World of Warcraft, dan sebagainya. Dapat dikatakan semenjak adanya tulisan Tolkien mengenai Elf ini, figur Elf yang dulunya menyerupai peri atau makhluk halus sekarang kalah terkenal dibanding dengan figur yang menyerupai manusia dengan tubuh langsing dan telinga runcing.
Sejarah
Asal muasal
Menurut Silmarillion, Elf merupakan "anak pertama" Arda (dunia), yang telah ada selama jangka waktu yang sangat lama sebelum manusia ("anak kedua") diciptakan. Elf yang pertama "dibangunkan" oleh Eru Iluvatar dekat pantai Cuivienen pada Zaman Dua Pohon diZaman Pertama. Mereka bangun di bawah sinar bintang, karena matahari dan bulan belum diciptakan, oleh karena itu Elf erat hubungannya dengan bintang dan sinar bintang.
Mereka tinggal di tepi aliran sungai, menciptakan puisi, musik, dan lagu. Mereka juga menciptakan kata-kata baru, memberi nama benda-benda, dan senang memandangi bintang. Mereka bertubuh tinggi, berambut hitam, dan hidup dengan damai karena kejahatan belum masuk ke Arda, dunia mereka.
Perpecahan
Para elf terpecah menjadi dua kelompok utama (dan banyak lagi perpecahan kecil lainnya) yang tidak pernah seutuhnya bersatu lagi. Nama Quendi merujuk pada keseluruhan Elf
Para Valar (malaikat) yang memerintah dunia dari Valinor, memutuskan untuk mengundang para Elf (yang dalam bahasa mereka disebut dengan nama Quendi) untuk tinggal bersama mereka karena Melkor, sang Tuan Kegelapan, seorang Valar yang memberontak, ingin menghancurkan segala yang baik di Arda (dunia). Para Valar mengirimkan Orome untuk menjemput para Elf. Dari semua Elf yang ada, tidak semuanya memenuhi panggilan itu, karena mereka belum mengenal siapa para Valar tersebut. Ingwe, Finwe, dan Elweadalah tiga orang Elf yang bersedia pergi dengan Orome ke Valinor untuk menjadi duta. Sekembalinya mereka dari sana, merekapun mengajak seluruh kaumnya untuk pergi, karena memang Valinor lebih indah daripada Dunia Tengah. Ketiga Elf itu berhasil meyakinkan mayoritas Elf untuk pergi bersama-sama dengan mereka. Namun sebagian kecil menolak, dan mereka ini disebut dengan bangsaAvari (Mereka yang Tidak Mau Ikut) atau Avamanyar (Mereka yang Menolak Pergi ke Aman). Itulah perpecahan yang pertama. Pada akhirnya nanti setelah ratusan tahun berpisah, mereka memiliki bahasa, budaya, perawakan, dan sifat yang berbeda-beda. (Setelah perpecahan besar ini bangsa Avari terpecah-pecah lagi, namun detailnya tidak diketahui oleh manusia. Beberapa suku bermigrasi ke Barat dan bergabung dengan para Nandor, sedikit sampai hingga bertemu para Sindar).
Rombongan Elf yang berangkat ini disebut dengan bangsa Eldar (Kaum Bintang), oleh Orome. Mereka menjadikan Ingwe, Finwe, dan Elwe sebagai pemimpin mereka. Dalam perjalanan ke Barat, mereka melewati Pegunungan Berkabut, dan sebagian Elf, karena takut, memilih untuk tidak meneruskan perjalanan dan menetap di tanah yang mereka sedang lalui. Mereka adalah bagian dari kaum Elwe yang dipimpin oleh Lenwe dan kelompok mereka dinamai Nandor (Mereka yang Kembali). Bangsa Nandor dan Avari disebut dengan nama Moriquendi (Elf Kegelapan). Itulah perpecahan yang kedua.
Kemudian rombongan utama Elf meneruskan perjalanannya melalui Pegunungan Berkabut dan Pegunungan Biru (Ered Lindon atauEred Luin) menuju Beleriand. Di sana Elwe tersesat dan tidak dapat ditemukan oleh kaumnya, oleh karena itu Ingwe dan Finwe dengan terpaksa meninggalkan Elwe dan kaumnya dan meneruskan perjalanan mereka. Bersama-sama dengan kaum Nandor yang dipimpin oleh Lenwe, kaum Elwe ini disebut sebagai bangsa Teleri. Itulah perpecahan yang ketiga.
Setelah sampai di tepi barat Dunia Tengah yang dipisahkan dengan samudra luas dengan Valinor, Ingwe, Finwe, dan kaum mereka diangkut oleh pulau yang bergerak yang digerakkan oleh Ulmo, salah satu Valar yang menguasai lautan, menuju Valinor di ujung samudera satunya.
Setelah beberapa waktu, Ulmo kembali ke Beleriand untuk mencari kaum Teleri (Mereka yang Datang Terakhir), yaitu kaum Elwe, yang tersisa untuk diajak ke Valinor. Karena Elwe belum ditemukan, maka mayoritas kaum Teleri menunjuk Olwe, saudara Elwe, sebagai pemimpin mereka yang baru, dan bersama-sama mereka memenuhi ajakan Ulmo untuk mengikuti jejak saudara-saudara mereka yang telah sampai ke Valinor. Mereka kemudian disebut sebagai bangsa Falmari.
Namun sebagian kecil kaum Teleri tersebut, terutama orang-orang dekat Elwe, memilih untuk tinggal dan meneruskan pencarian mereka. Mereka disebut sebagai bangsa Sindar (Elf Abu-abu). Bangsa Sindar dan Nandor disebut dengan nama Umanyar (Mereka yang Tidak Sampai ke Aman (Dunia Tengah)).
Dari para Sindar yang tinggal di Dunia Tengah, sebagian memilih untuk tinggal di tepi pantai dan menjadi pembuat kapal. Mereka dipimpin oleh Cirdan sang pembuat kapal. Mereka tinggal di Falas dan disebut sebagai kaum Falathrim (Kaum di tepi Pantai). Kelompok yang tinggal di hutan Doriath disebut dengan Iathrim (Kaum di antara Sabuk) dan sisanya yang menempati daerah barat laut Beleriand di dekat sebuah danau disebut dengan Mithrim (Kaum Abu-abu).
Di kemudian hari, sebagian kaum Noldor mengembara ke Barat dan bertemu dengan kaum Sindar. Mereka kemudian disebut denganLaiquendi (Elf Hijau).
Di Valinor, ketiga keluarga utama berkumpul (Elwe diwakili oleh Olwe, saudaranya) dan mereka disebut dengan Calaquendi (Elf Cahaya) atau Amanya (Mereka yang Sampai ke Aman). Olwe dan kaumnya memilih untuk tinggal di tepi pantai agar dapat memandangi Dunia Tengah dari jauh. Kaum mereka disebut dengan Falmari (Kaum Penunggang Ombak). Ingwe dan kaumnya tinggal di kediaman para Valor dan menjadi kaum Elf yang paling mulia dan terhormat, layaknya para bangsawan yang terhormat. Mereka tidak pernah menginjakkan kaki ke Dunia Tengah lagi dan mereka disebut dengan nama Vanyar (Elf Rupawan). Finwe dan kaumnya tinggal di antara kedua keluarga yang lain, tidak di dekat pantai dan tidak di dekat kediaman para Valar. Mereka disebut dengan nama Noldor(Elf Dalam) dan dari keturunan kaum merekalah cerita Silmarillion dikisahkan.
Nantinya setelah peristiwa pengasingan para Noldor, Finarfin, putra Finwe, berangkat ke Dunia Tengah bersama kedua saudaranya,Fingolfin dan Feanor, namun memutuskan kembali dan menjadi Raja Noldor di Valinor. Feanor yang diasingkan ke Dunia Tengah dan diikuti oleh Fingolfin saudaranya akhirnya menetap di Dunia Tengah. Mereka disebut sebagai Kaum yang Diasingkan dan Fingolfin menjadi Raja Noldor di Dunia Tengah.
Selain dari pada perpecahan-perpecahan besar tersebut, masing-masing keturunan para Elf yang mula-mula membuat Dinasti-dinasti mereka sendiri. Berdasarkan letak geografis dan situasinya, mereka mengembangkan bahasa yang berlainan, namun bahasa Elf yang utama yang digunakan di Dunia Tengah (dan di buku-buku Tolkien) adalah bahasa kaum Elwe (bahasa Sindarin), dan kaum Noldor yang kembali ke Dunia Tengah dari Valinor akhirnya harus mempelajari bahasa tersebut.
Siklus kehidupan
Para Quendi atau Elf pada dasarnya adalah makhluk dengan roh yang abadi, yang tidak lekang dimakan usia; namun bukan berarti tubuh mereka tidak bisa mati. Walaupun roh mereka abadi, namun tubuh mereka mengalami proses penuaan, namun dengan sangat lambat, setara dengan ribuan tahun umur manusia. Tubuh mereka juga dapat mati/hancur karena penyakit, peperangan, dibunuh, dan sebab-sebab tak alami lainnya.
Jika seorang Elf meninggal, maka rohnya akan dikumpulkan bersama kaumnya di Rumah Mandos, sang Valor Kematian, di Valinor; berbeda dengan ras manusia di Dunia Tengah yang tidak diketahui nasibnya setelah meninggal. Setelah beberapa waktu, jasad mereka akan dikembalikan dan mereka dapat tinggal di Valinor, namun mereka tidak akan pernah dapat pergi ke Dunia Tengah lagi.
Finwe, Raja Para Noldor, adalah Elf pertama yang mati. Ia dibunuh oleh Melkor. Sejak saat itu tak terbilang banyaknya Elf yang mati di Dunia Tengah karena peperangan yang tidak berkesudahan antara kekuatan baik (Elf, manusia, Dwarf) dan kekuatan jahat (Melkor/Morgoth, Sauron, Orc, dll)
Elf yang hidup di Dunia Tengah juga berumur sedikit lebih pendek dari mereka yang tinggal di Valinor karena diceritakan bahwa Dunia Tengah telah dicemari oleh Melkor, sang Tuan Kegelapan. Separo-Elf yang merupakan keturunan dari Elf dan manusia juga berumur lebih pendek dari ras Elf murni, namun lebih panjang dari ras manusia.
Nama dan konvensi penamaan
Tolkien berulang kali menyatakan ketidaknyamanannya dengan penggunaan kata elf dan "asosiasinya yang saya sebenarnya tidak inginkan [...] contohnya dalam karya Drayton atau dalam A Midsummer Night's Dream [raja para peri: Titania dan Oberon]". Dalam karya-karyanya, Tolkien seolah-olah hanya berperan sebagai penerjemah bahasa yang umum digunakan di Dunia Tengah (bahasa Westron) ke dalam bahasa Inggris, dan "elf" merupakan padanan kata terdekat untuk menyebut ras yang pertama tersebut, dengan menyebutkan bahwa "[elf merupakan] bentuk tertua dari nama yang digunakan, dan terserah kepada para pembaca buku saya untuk menentukan asosiasinya."[1] Ia ingin menghindari asosiasi dalam literatur era Victoria tentang "peri" atau makhluk halus yang nakal yang sering dipandankan dengan kata tersebut (elf), dan berusaha untuk menunjukkan makhluk yang lebih berkembang yang "memiliki kekuatan magis yang mengesankan dalam mitologi Teutonik mula-mula" (Oxford English Dictionary viz. bahasa Inggris Kuno ælf, dariProto-Jermanik *albo-z).
Para Elf juga disebut sebagai "Yang Lahir Pertama"/"Anak Pertama" (Q: Minnonar, atau "Saudara yang Lebih Tua" (bandingkan denganmanusia dalam Dunia Tengah yang disebut sebagai "Yang Lahir Kedua"/"Anak Kedua") karena mereka "dibangunkan" oleh Eru Iluvatarsebelum para manusia. Para Elf menamai diri mereka Quendi ("Yang Berbicara") karena mereka melihat bahwa mereka adalah satu-satunya makhluk yang mampu berbicara. Para Dunedain (Dwarf) menamai mereka Nimir ("Yang Menawan"). Dalam bahasa Sindarinatau bahasa kaum Sindar (Elf Dunia Tengah), mereka menamai diri mereka Eledhrim.[2]
Para Elf mengenal tiga macam nama diri: ataresse, amilesse, dan yang lebih jarang adalah epesse (esse artinya "nama" dalam bahasa Quenya).
§ Ataresse adalah nama tunggal yang diberikan oleh ayah mereka pada waktu kelahiran mereka. Biasanya nama ini melambangkan nama ayah dan ibu mereka, menandakan garis keturunan mereka, dan asal kaum mereka.
§ Amilesse adalah nama kedua yang mereka terima dari ibu mereka setelah mereka dewasa. Nama ini mencerminkan kepribadian mereka, keahlian mereka, atau nasib mereka - yang kadang-kadang bersifat nubuatan. Nama kedua ini sangat penting bagi seorang Elf.
§ Epesse atau nama julukan adalah jenis yang ketiga. Nama ini diberikan jika seorang Elf melakukan suatu hal yang tidak biasa. Nama ini dapat diberikan oleh siapa saja, seringkali merupakan ungkapan kekaguman atau penghormatan. Dalam kasus-kasus tertentu, seorang Elf dapat memilih nama untuk dirinya sendiri yang disebut dengan kilmesse atau "nama sendiri".
Nama mereka yang sebenarnya tetap adalah dua nama yang pertama, meskipun seorang Elf dapat dipanggil dengan menggunakan salah satu dari keduanya. Nama amilesse seorang Elf biasanya tidak digunakan oleh mereka yang tidak begitu mengenalnya.
Setelah pengasingan bangsa Noldor ke Dunia Tengah dan pengadopsian bahasa Sindarin atas bahasa Quenya yang mereka pergunakan di Valinor, kebanyakan Elf Noldor mengadopsi nama terjemahan dalam bahasa Sindarin yang sepadan dengan salah satu nama mereka dalam bahasa Quenya.
Beberapa contoh:
§ Galadriel adalah terjemahan untuk Alatariel, epesse yang diberikan oleh Celeborn. Ataressenya adalah Artanis dan Amilessenya adalah Nerwen.
§ Maedhros, putra pertama Fëanor, disebut Russandol oleh saudara-saudaranya karena rambutnya yang bewarna perunggu. Ataressenya adalah Nelyafinwe (Finwe ketiga - ayahnya, Feanor, memiliki ataresse Curufinwe) dan Amilessenya adalah Maitimo. Maedhros adalah penerjemahan ke dalam bahasa Sindarin sebagian dari amilesse dan epessenya
§ Finrod biasanya disebut dengan Felagund, epesse yang diberikan oleh para Dwarf (aslinya Felakgundu). Finrod mengambil nama tersebut menjadi namanya, dan menjadikannya gelar kehormatan.
§ Círdan (Pembuat Kapal) adalah epesse Elf Teleri ini. Nama aslinya (ataressenya) yang jarang disebutkan ialah Nowe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar